www.lensautama.id – Fenomena sleep divorce kini semakin umum ditemui di kalangan pasangan modern. Meskipun namanya mengandung kata “perceraian” yang menakutkan, praktik ini justru bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas tidur pasangan.
Dalam konteks sehari-hari, sleep divorce merujuk pada keputusan untuk tidur terpisah di malam hari, sambil tetap menjalani hubungan dengan normal. Bagi banyak orang, ini bukan tanda perpecahan, melainkan langkah yang bijaksana demi kesehatan tidur dan hubungan mereka.
Para ahli berpendapat bahwa sleep divorce bukanlah hal yang negatif. Sebaliknya, metode ini bisa menjadi solusi yang efisien bagi pasangan yang menghadapi tantangan untuk tidur bersama. Tidur yang berkualitas sangat krusial untuk menjaga kesehatan serta keseimbangan emosi dalam suatu hubungan.
Menurut Survei Tidur Global 2025, sepertiga pasangan mengaku mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh dengkuran atau masalah tidur lainnya dari pasangan. Bahkan, wanita dilaporkan lebih terpengaruh, dengan sekitar 20% mengaku terganggu, dibandingkan dengan 11% pria.
Dr. Joshua Weiner, seorang psikiater yang telah menikah selama 25 tahun, mengungkapkan bahwa ia menjalani sleep divorce selama satu dekade terakhir. Ia menyebutkan bahwa meskipun praktik ini terasa memalukan, kesadaran akan masalah tidur ini perlu ditingkatkan dalam masyarakat.
Banyak pasangan yang mengungkapkan bahwa mereka menghadapi masalah serupa setelah ia mengangkat topik tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sleep divorce bukanlah hal yang unik, melainkan suatu fenomena yang dapat terjadi pada siapa saja.
Manfaat Dari Praktik Sleep Divorce bagi Pasangan
Beberapa pasangan melaporkan bahwa tidur terpisah dapat meningkatkan kualitas hubungan mereka. Ketika pasangan tidak merasa lelah akibat gangguan tidur, kenyamanan dan keharmonisan dapat terjaga lebih baik.
Dr. Weiner menyatakan bahwa kondisi kurang tidur dapat menyebabkan individu merasa lebih gelisah dan mudah marah. Dengan tidur berkualitas, pasangan dapat lebih hadir dalam interaksi sehari-hari dan mengurangi potensi konflik.
Dengan memisahkan tempat tidur, masing-masing individu bisa mendapatkan waktu tidur yang lebih berkualitas. Hal ini sangat penting terutama bagi mereka yang merasa terganggu oleh kebiasaan tidur pasangan.
Sudah banyak pasangan yang merasakan manfaat positif dari keputusan ini. Dalam jangka panjang, praktik ini berpotensi menjaga kestabilan emosi dan komunikasi antara pasangan, yang akan berkontribusi pada hubungan yang lebih sehat.
Pertimbangan Sebelum Mengambil Keputusan untuk Tidur Terpisah
Meskipun manfaatnya ada, beberapa pakar tetap menyarankan agar pasangan tidur bersama. Dr. Carol Ash menekankan bahwa tidur bersamaan bisa membawa sinkronisasi dalam pola gelombang otak.
Menurut Ash, sinkronisasi tersebut dapat meningkatkan kualitas tidur secara keseluruhan. Kualitas tidur yang baik sering kali berkaitan dengan keberhasilan dalam menjaga hubungan yang harmonis.
Jika tidur terpisah memang menjadi pilihan, Dr. Ash menyarankan untuk mencari solusi alternatif. Misalnya, jika kebiasaan mendengkur menyebabkan gangguan, mencari bantuan medis untuk mengatasi masalah ini bisa menjadi langkah yang bijaksana.
Melalui pendekatan ini, pasangan bisa tetap saling mendukung dalam mencapai kualitas tidur yang lebih baik tanpa harus berpisah tempat tidur. Komunikasi yang baik juga penting untuk menjaga hubungan tetap sehat.
Alternatif untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Bersama
Sebelum memutuskan untuk tidur terpisah, ada baiknya mencoba beberapa alternatif. Memperbaiki pola tidur masing-masing dengan penciptaan lingkungan tidur yang nyaman bisa menjadi langkah awal yang baik.
Menjaga kebersihan tempat tidur serta penggunaan bantal yang sesuai dapat membantu meningkatkan kualitas tidur. Hal ini berlaku baik bagi pasangan yang memilih untuk tidur bersamaan maupun terpisah.
Dari aspek psikologis, membicarakan masalah tidur secara terbuka dapat memberikan wawasan baru. Ketika masing-masing pasangan memahami kebutuhan satu sama lain, mereka bisa saling mendukung untuk mencapai tidur yang lebih baik.
Ujungnya, setiap pasangan memiliki dinamika yang berbeda. Yang terpenting adalah menemukan solusi yang paling sesuai bagi keduanya, apakah itu tidur bersama atau terpisah, asalkan dapat mendukung kesehatan relasi mereka.