www.lensautama.id – Jakarta saat ini menyaksikan perkembangan menarik di tengah kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi, yaitu tren Treatonomics. Tren ini merujuk pada pengeluaran konsumen untuk barang-barang kecil yang dapat memberikan kebahagiaan dan pengalaman sensasional dalam hidup sehari-hari.
Aktivitas belanja ini menunjukkan bahwa dalam situasi sulit, konsumen cenderung mencari cara untuk meningkatkan suasana hati mereka. Hal ini melibatkan pembelian barang-barang sederhana namun bermakna, yang berfungsi sebagai penghilang stres saat menghadapi tantangan ekonomi yang ada.
Trend konsumsi ini menggambarkan bagaimana perasaan dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Di tengah inflasi dan suku bunga tinggi, konsumen tetap mencari cara untuk menikmati hidup meski dengan anggaran terbatas.
Memahami Konsep Treatonomics dalam Ekonomi Modern
Treatonomics bukanlah fenomena yang sepenuhnya baru. Konsep ini telah ada selama bertahun-tahun, bahkan sebelum teori lipstick effect muncul. Teori ini menunjukkan bagaimana penjualan lilin atau produk kecantikan tertentu meningkat saat kondisi ekonomi memburuk, terutama di masa Depresi Besar.
Sejak saat itu, banyak yang meneliti bagaimana perilaku belanja selalu bersifat adaptif. Saat konsumen merasa tertekan secara finansial, mereka mengalihkan pengeluaran mereka dari barang-barang mahal ke barang-barang kecil yang memberikan kepuasan instan.
Contohnya, saat kondisi keuangan tidak mendukung, seseorang mungkin tidak membeli pakaian baru tetapi memilih untuk membeli lipstik atau parfum. Perubahan semacam ini menunjukkan betapa pentingnya impuls belanja untuk menjaga kesehatan mental di tengah ketidakpastian ekonomi yang meresahkan.
Mengapa Treatonomics Menjadi Fenomena Populer di Kalangan Konsumen?
Kebangkitan Treatonomics telah didorong oleh kebutuhan akan suasana bahagia di masa yang sulit. Konsumen saat ini lebih peka terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan mereka, sehingga lebih bersedia mengalokasikan dana untuk pengalaman yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka, seperti menonton konser atau berlibur.
Fenomena ini tidak hanya terbatas pada produk fisik, tetapi juga pada pengalaman. Banyak orang siap menghabiskan uang untuk momen-momen yang tak terlupakan, meskipun mereka harus mengurangi pengeluaran pada kebutuhan dasar sehari-hari.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengalaman, Treatonomics memperlihatkan bagaimana konsumen merayakan momen kecil dalam hidup mereka. Dari membeli kue ulang tahun sampai merayakan pencapaian-pencapaian kecil, pendekatan ini semakin dikenal luas di kalangan Generasi Z dan Milenial.
Pergeseran Pandangan terhadap Konsumsi dan Konsumen
Gunanya Treatonomics menjadi jelas dalam konteks pergeseran pandangan terhadap pencapaian. Kini, banyak yang beralih dari merayakan pencapaian besar, seperti pernikahan atau kepemilikan rumah, ke merayakan hal-hal kecil yang lebih dapat dijangkau.
Orang-orang yang tidak menjangkau tujuan tradisional ini masih mencari cara untuk merayakan keberadaan mereka. Misalnya, acara pesta perpisahan atau ulang tahun hewan peliharaan menjadi lebih umum, mencerminkan bagaimana masyarakat beradaptasi dengan realitas baru.
Selain itu, konsep ‘Kidulting’ yang muncul di kalangan generasi muda menunjukkan keinginan untuk kembali merasakan kebahagiaan masa kecil, melalui item atau pengalaman yang mengingatkan mereka pada keceriaan tersebut.
Prospek Treatonomics di Masa Depan dalam Ekonomi Global
Menurut para ekonom, Treatonomics akan terus berkembang, terutama selama masa ketidakpastian yang berkepanjangan. Indikator kepercayaan konsumen menunjukkan bahwa meski ada sedikit harapan, tetap ada ketidakpastian yang membuat orang mengandalkan pengeluaran untuk kegiatan yang menyenangkan.
Situasi ini menciptakan peluang bagi bisnis untuk menawarkan produk dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan konsumen akan kebahagiaan instan. Dengan cara ini, mereka bisa beradaptasi dan tetap relevan di tengah perubahan ini.
Selama lima hingga delapan tahun ke depan, pola ini diyakini tidak akan hilang. Dengan setiap generasi yang mengalami ketidakpastian, Treatonomics akan menjadi bagian yang menyeluruh dari budaya konsumsi, yang menuntut perusahaan untuk tetap tanggap terhadap perubahan preferensi dan kebutuhan konsumen.