www.lensautama.id – Sebuah kelompok yang beroperasi dengan dukungan pro-Rusia telah muncul sebagai ancaman baru dalam dunia informasi di era digital. Kelompok ini secara diam-diam menyebarkan konten palsu dengan memanfaatkan berbagai platform dan menyamar sebagai institusi berita resmi di Amerika Serikat, yang menimbulkan kebingungan di kalangan publik.
Sejak tahun 2022, kelompok bernama Storm-1679 telah dikesan oleh beberapa lembaga pemantau misinformasi dan mulai menciptakan konten disinformasi besar-besaran. Mereka sangat lihai dalam meniru gaya pemberitaan dari media terkemuka, menggunakan berita hangat untuk mendukung agenda mereka.
McKenzie Sadeghi, seorang ahli di bidang kecerdasan buatan dan pengaruh asing, menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, konten-konten yang dirilis oleh kelompok ini mengalami lonjakan, terutama video yang meniru citra media mainstream. Dalam beberapa kasus, bahkan pihak terkenal pun turut berperan dalam menyebarkan konten mereka sebelum diketahui sebagai palsu.
Operasi Misinformasi yang Makin Canggih dan Terorganisir
Fenomena ini bukanlah hal baru, karena operasi pengaruh Rusia di dunia maya telah ada sejak lama, tetapi kehadiran teknologi kecerdasan buatan mengubah permainan. Saat ini, masyarakat semakin dihadapkan pada kesulitan untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang tidak.
Storm-1679 mengandalkan teknologi AI untuk menghidupkan sosok-sosok terkenal dalam video mereka. Ini termasuk menciptakan suara tiruan yang mirip dengan suara selebritas, yang membuat keaslian video semakin sulit untuk dipastikan. Salah satu contoh paling mencolok adalah video yang meniru penyampaian Tom Cruise, lengkap dengan logo Netflix yang menyesatkan.
Bagaimana pun, banyak video yang dihasilkan oleh mereka terungkap sebagai hoaks, meskipun beberapa video sempat viral di berbagai platform media sosial. Pada Februari lalu, Storm-1679 berhasil menarik perhatian dengan video yang mengklaim USAID membayar selebritas untuk berkunjung ke Ukraina. Video tersebut disebarluaskan oleh tokoh-tokoh terkenal, sebelum akhirnya dibuktikan sebagai informasi yang palsu.
Meningkatnya Ketidakpercayaan Terhadap Media dan Institusi Resmi
Beberapa video palsu yang muncul tidak hanya menumpulkan kepercayaan masyarakat terhadap sumber informasi. Video-video itu sengaja menciptakan keraguan dan menaruh mistrust terhadap institusi resmi seperti NATO dan pemerintah Ukraina.
Pakar komunikasi dan media menyebutkan bahwa efek dari video tersebut telah mencapai tahap di mana kepercayaan publik terhadap media mainstream mulai meredup. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga-lembaga berita untuk mengembalikan citra mereka sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya.
Juru bicara dari beberapa organisasi berita, termasuk BBC, telah mengingatkan publik untuk selalu memverifikasi sumber informasi yang mereka terima, terutama yang mengatasnamakan lembaga mereka. Sayangnya, dalam banyak kasus, langkah-langkah pencegahan ini nampaknya belum cukup untuk menghentikan penyebaran informasi yang menyesatkan.
Dampak Tindakan Pemerintahan Terhadap Penanganan Disinformasi
Ironisnya, di tengah meningkatnya operasi disinformasi, tindakan pemerintah terhadap isu ini mengalami pergeseran. Pada tahun ini, anggaran untuk badan-badan yang bertugas memerangi disinformasi justru dipangkas, menciptakan kesan bahwa penanganan masalah ini bukan prioritas utama.
Menteri Luar Negeri telah mengambil langkah kontroversial dengan menutup kantor utama Departemen Luar Negeri yang fokus pada melawan kampanye disinformasi asing. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan banyak pihak yang memandang serius ancaman ini.
Di sisi lain, Departemen Keamanan Dalam Negeri juga beralih fokus, menghentikan upaya untuk menangani isu misinformasi dalam negeri yang berkaitan dengan pemilu. Keputusan-keputusan ini dianggap kontras dengan kebutuhan mendesak untuk melindungi demokrasi dari serangan informasi yang terus menerus.
Dengan semakin canggihnya teknologi dan meningkatnya keahlian kelompok-kelompok berorientasi pro-Rusia, jelas bahwa tantangan yang dihadapi dalam memerangi disinformasi menjadi semakin kompleks. Situasi ini memerlukan perhatian tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga integritas informasi di era digital.