www.lensautama.id –
Jakarta – Penemuan terkini mengenai nenek moyang Tyrannosaurus rex atau T-rex menyoroti bahwa asal usulnya bukanlah dari Amerika, melainkan dari Asia. Penelitian mendalam yang berjudul ‘Rise of the king: Gondwanan origins and evolutions of megaraptoran dinosaurs’ memaparkan hal tersebut melalui penerbitan di Royal Society Open Science.
Dalam studi ini, para peneliti menemukan bahwa leluhur T-rex muncul di Asia dan migrasi mereka ke wilayah Amerika Utara berlangsung sekitar 70 juta tahun yang lalu, melewati jembatan darat yang menghubungkan Siberia dan Alaska. Hal ini membuka perspektif baru tentang bagaimana penyebaran spesies dinosaur berlangsung di era purba. Penemuan ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang rute migrasi yang dilalui oleh salah satu karnivora terbesar di dunia.
Cassius Morrison, yang memimpin penelitian ini dari University College London, mengungkapkan bahwa populasi Tyrannosaurids lebih sedikit dibandingkan dengan dinosaurus herbivora yang mereka buru. “Karena jumlah yang lebih rendah, peluang untuk terjaga dalam catatan fosil juga diminimalisir,” ungkap Morrison. Penjelasan ini menyoroti tantangan dalam menemukan fosil dari spesies ini, yang mungkin membuatnya terasa lebih langka dibandingkan herbivora yang mereka timang-timang.
Pentingnya pendekatan ini terlihat dari penggunaan pemodelan matematika dalam penelitian yang menggabungkan data dari catatan fosil dengan silsilah keluarga serta kondisi iklim dan lingkungan di masa lalu. Pemodelan ini memungkinkan para ilmuwan untuk memperbarui catatan berdasarkan temuan yang muncul di masa depan, yang akan meningkatkan pemahaman kita tentang evolusi dan keberadaan T-rex.
Temuan ini juga sejalan dengan studi-studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa T-rex memiliki hubungan evolusi yang lebih dekat dengan karnivora besar asal Asia, seperti Tarbosaurus, dibandingkan dengan saudaranya di Amerika Utara, Daspletosaurus. Kecenderungan ini memberikan gambaran bahwa area hutan hujan beriklim sedang adalah habitat yang penting bagi evolusi T-rex dan kerabatnya.
Lebih lanjut, penelitian ini mengungkap fakta mengejutkan bahwa T-rex mengalami peningkatan ukuran tubuh pada saat suhu global menurun. Adaptasi ini menunjukkan bahwa T-rex mungkin memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi iklim, dan bisa jadi karena bulu yang dimilikinya atau kemampuan sebagai hewan berdarah panas. Ini menantang anggapan umum tentang bagaimana hewan raksasa dapat bertahan di tengah kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Peningkatan ukuran tubuh T-rex juga berkaitan dengan kepunahan predator besar lain seperti carcharodontosaurus. Dengan hilangnya pesaing ini, puncak rantai makanan menjadi kosong, memberikan kesempatan bagi T-rex untuk menguasai ekosistem yang ada pada waktu itu. Dinamika ini menyoroti bagaimana interaksi antar spesies memengaruhi evolusi dan perkembangan ukuran spesies karnivora.
Secara keseluruhan, penemuan dan analisis yang dihasilkan dari penelitian ini membuka diskusi yang lebih luas tentang evolusi, adaptasi, dan migrasi spesies di zaman prasejarah. Hal ini menyiratkan bahwa bahkan hewan-hewan besar dan terkenal seperti T-rex memiliki asal-usul yang terkait dengan perubahan iklim dan lingkungan yang kompleks, serta dinamika antara spesies yang ada pada masa itu.