Jakarta – Memasuki era digital, smartphone seolah menjadi alat yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, belakangan ini, tren menunjukkan bahwa generasi muda, khususnya Gen Z, mulai kehilangan ketertarikan terhadap perangkat ini. Fenomena ini menarik perhatian, terutama ketika kita melihat bahwa banyak di antara mereka beralih kembali ke ponsel lama atau yang sering disebut feature phone.
Jose Briones, seorang influencer yang dikenal dengan pandangannya mengenai ponsel jadul, menyatakan bahwa banyak Gen Z merasa bosan dengan layar smartphone. “Anda bisa lihat, mereka mulai mencari pengalaman baru di luar layar yang begitu mendominasi,” ujarnya. Ini menandakan pergeseran budaya yang menarik, di mana ponsel tidak lagi dianggap sebagai simbol status, tetapi lebih kepada alat komunikasi yang fungsional.
Tren ini pertama kali terlihat di Amerika Serikat beberapa tahun lalu, di mana penjualan feature phone mengalami lonjakan yang signifikan. HMD Global, pemilik merek ponsel ikonik Nokia, merasakan dampak positif dari perubahan ini, dengan penjualan feature phone mencapai puluhan ribu unit semenjak tahun lalu. Di saat yang sama, pasar smartphone global mengalami penurunan, menciptakan peluang unik bagi perusahaan-perusahaan yang berfokus pada perangkat dasar.
Di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan India, pasar feature phone tercatat mendominasi, dengan kontribusi mencapai 80% pasar global. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa tidak semua orang membutuhkan smartphone canggih untuk memenuhi kebutuhan komunikasi mereka. Sedangkan di Indonesia, pasar smartphone mengalami penurunan signifikan, dengan daya beli masyarakat yang menurun diakibatkan oleh berbagai faktor ekonomi.
HP mahal tidak laku
Kendati demikian, pasca beberapa tahun mengalami penurunan, pasar smartphone Indonesia kini menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Tahun lalu, pasar smartphone mengalami pertumbuhan positif sebesar 15,5% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan total pengiriman hampir mencapai 40 juta unit pada tahun 2024. Ini menjadi kabar baik bagi para pelaku industri, yang sebelumnya merasakan dampak dari penurunan tersebut.
Menurut laporan terbaru, vendor-vendor smartphone mampu mencapai pertumbuhan yang kuat, terutama pada paruh pertama tahun 2024. Di kuartal keempat tahun itu, pasar smartphone Indonesia tumbuh 9,6% secara tahunan, walaupun mengalami sedikit stagnasi sebesar -0,2% jika dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pertumbuhan ini terutama didorong oleh segmen ultra low-end, dengan harga di bawah Rp 1,6 juta, yang dipimpin oleh merek seperti Transsion. Di sisi lain, segmen kelas menengah (antara Rp 3,2 hingga Rp 9,8 juta) menunjukkan peningkatan yang kuat sebesar 24,9% year-on-year, di mana OPPO menduduki posisi terdepan. Namun, harga smartphone di atas Rp 10 juta mengalami penurunan yang signifikan sebesar 9,2% pada periode yang sama, sebagian besar disebabkan oleh pelarangan penjualan beberapa model terbaru.
Selain itu, penetrasi teknologi 5G juga mengalami peningkatan yang signifikan, dengan pangsa pasar mencapai 25,8% pada tahun 2024, naik dari 17,1% pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pasar semakin terbuka terhadap teknologi terbaru, didorong oleh peluncuran model-model baru dan tawaran 5G yang semakin terjangkau bagi masyarakat.