www.lensautama.id – Tak ada orang tua yang menginginkan anaknya lahir dengan kekurangan. Namun, ketika hal itu terjadi, kasih sayang seharusnya tetap menjadi penuntun bagi keluarga, bukan sebaliknya.
Dalam konteks ini, kisah keluarga Presiden AS dari trah Kennedy menjadi pelajaran penting. Rosemary Kennedy, seorang anak perempuan yang lahir dengan disabilitas, justru terpinggirkan dari kehidupan normal selama puluhan tahun, mengindikasikan adanya stigma yang kuat terhadap ketidaknormalan.
Rosemary adalah anak ketiga dari pasangan Joseph Kennedy dan Rose Elizabeth, sekaligus adik dari John F. Kennedy, yang menjadi Presiden AS ke-35. Masalah yang dihadapi Rosemary memberikan gambaran jelas tentang tantangan yang dihadapi orang-orang dengan kebutuhan khusus dalam masyarakat yang sering kali mengutamakan norma-norma tertentu.
Momen Lahirnya Rosemary dan Dampaknya
Sejak lahir pada 13 September 1918, Rosemary mengalami nasib yang berbeda dengan saudara-saudaranya. Proses kelahiran yang tidak lazim, di mana ia dilahirkan oleh perawat dan bukan dokter, menyimpan mamalah serius.
Kegagalan dalam proses persalinan mengakibatkan kekurangan pasokan oksigen, sehingga berdampak pada kerusakan otak Rosemary. Imbasnya, ia mengalami gangguan kecerdasan selama masa pertumbuhannya.
Sementara saudara-saudaranya tumbuh menjadi individu yang cemerlang, Rosemary berjuang dengan ketidakstabilan emosi dan kesulitan belajar. Kondisi ini menciptakan tekanan bagi orang tuanya, terutama Joseph, yang merasa reputasi keluarga terancam.
Keputusan Kontroversial dan Dampak Setelahnya
Dalam upaya untuk mengubah keadaan, Joseph Kennedy mengambil keputusan yang sangat kontroversial: lobotomi. Dia percaya bahwa prosedur ini akan membantu mengontrol emosi Rosemary yang dianggap tidak stabil.
Namun, lobotomi di tahun 1940-an juga memiliki risiko besar, dan sayangnya, hasilnya justru menjadi bencana. Rosemary tidak hanya kehilangan fungsi kognitif, tetapi juga kemampuan geraknya, menjadikannya lumpuh.
Kejadian ini memperburuk kondisi dan sekaligus mempermalukan Joseph, sehingga ia memilih untuk mengasingkan Rosemary dari masyarakat. Pengasingan ini hanya memperparah stigma yang ada terhadap disabilitas.
Memutuskan untuk Mengasingkan Rosemary
Pengasingan Rosemary berlangsung selama 20 tahun, di mana ia jauh dari hiruk-pikuk dunia luar. Lokasinya tidak diketahui publik, dan bahkan Rosemary sendiri tidak tahu kabar tentang keluarganya.
Di dalam isolasi tersebut, ia terputus dari banyak momen penting, termasuk ketika kakaknya menjabat sebagai Presiden dan saat mengalami tragedi yang mengubah sejarah Amerika.
Baru pada tahun 1969, Rosemary bertemu kembali dengan ibunya. Namun, pertemuan itu berlangsung dengan kesedihan yang mendalam; ia merasa marah sehingga menolak bertemu lebih lanjut dan berlanjut menutup diri dari keluarga Kennedy.
Akibat Pengasingan dan Menutup Diri
Setelah pertemuan dramatis itu, Rosemary menghabiskan sisa hidupnya di panti jompo. Dia meninggal pada 7 Januari 2005, jauh dari kehidupan yang seharusnya layak ia dapatkan.
Kisah Rosemary Kennedy mencerminkan bagaimana kehadirannya diabaikan oleh keluarganya sendiri akibat stigma. Masyarakat perlu mengubah pandangan terhadap mereka yang memiliki disabilitas untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan penuh kasih.
Pentingnya kesadaran dan perubahan sikap terhadap individu dengan kebutuhan khusus adalah kunci untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali. Memahami dan menerima perbedaan adalah fondasi untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih manusiawi.