Jakarta – PT Asuransi BRI Life (BRI Life) menargetkan pertumbuhan premi yang ambisius sebesar 33% pada tahun 2025. Di tahun sebelumnya, yakni 2024, BRI Life mencatatkan premi bruto yang tumbuh sebesar 14,1%, setara dengan Rp8,9 triliun. Angka ini menunjukkan kinerja yang positif dan harapan untuk masa depan yang lebih cerah dalam industri asuransi jiwa di Indonesia.
Dalam pernyataan resmi, Ade Nasution, Head Of Corsec Division dari BRI Life, menekankan pentingnya target ini sebagai bagian dari visi perusahaan untuk tahun 2030. Menurutnya, pertumbuhan yang agresif ini diperlukan untuk memastikan kelangsungan dan keberhasilan jangka panjang BRI Life. “Kami fokus pada pertumbuhan premi yang lebih signifikan di tahun 2025, dengan proyeksi kenaikan laba antara Rp700 miliar hingga Rp800 miliar,” ujarnya dalam Media Gathering BRI Life.
Pada tahun 2024, total pendapatan BRI Life juga menunjukkan tren yang positif, dengan peningkatan sebesar 6,6%, mencakup total pendapatan mencapai Rp9,8 triliun, dibandingkan dengan Rp9,2 triliun di tahun sebelumnya. Aris Hartanto, Direktur Utama BRI Life, mengungkapkan bahwa total Annualized Premium Equivalent (APE) meningkat 11,2% menjadi Rp3,4 triliun. Pertumbuhan tersebut banyak dipicu oleh sektor Bancassurance yang semakin berkembang melalui kolaborasi dengan pihak perbankan, khususnya BRI.
Pentingnya digitalisasi tak bisa diabaikan. Melalui inovasi dan perbaikan dalam produk serta layanan, BRI Life berusaha untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya dengan lebih baik. Digitalisasi ini diharapkan akan menjadi kunci bagi keberlanjutan pertumbuhan perusahaan.
Namun, tantangan tetap ada. Pembayaran klaim dan manfaat bruto di tahun 2024 meningkat sebesar 8,4% menjadi Rp6,0 triliun, dengan klaim kematian dan klaim surrender menjadi komponen utama yang menyumbang angka tersebut. Faham tentang bagaimana perusahaan menangani klaim ini sangat penting di pasar yang kompetitif.
Kondisi investasi BRI Life juga mengalami fluktuasi. Hasil investasi tercatat mengalami penurunan sebesar 14,3% dari tahun sebelumnya, turun dari Rp1,2 triliun menjadi Rp1,0 triliun. Penurunan ini sebagian dipicu oleh kondisi pasar yang kurang favorable, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kontraksi 2,65%. Untuk mengatasi risiko tersebut, BRI Life melakukan pengelolaan investasi yang lebih prudent, dengan fokus pada penempatan di Surat Utang Negara dan Obligasi Korporasi yang memiliki rating minimal grade single A.
Di sisi lain, aset total BRI Life mencapai Rp26,4 triliun, mencerminkan peningkatan 12,2% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp23,6 triliun. Laba bersih perusahaan juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, mencapai Rp760,4 miliar, naik 42,1% YoY. Kontribusi fee-based kepada BRI juga mengalami kenaikan sebesar 18,2% menjadi Rp722,2 miliar.
Aspek kesehatan finansial BRI Life juga tetap terjaga dengan baik. Tingkat solvabilitas atau Risk-Based Capital (RBC) pencapaian perusahaan berada pada angka 434,6%, jauh di atas batas minimum yang ditetapkan oleh OJK, yaitu 120%. Ini menunjukkan bahwa BRI Life memiliki cadangan dan fondasi yang kuat untuk menangani risiko di masa mendatang, memberikan keyakinan bagi nasabah dan pemangku kepentingan lainnya.