www.lensautama.id – Harga minyak mentah global menunjukkan kecenderungan stabil pada perdagangan pagi hari Senin, 28 Juli 2025. Ketidakpastian tentang kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap Uni Eropa serta prospek surplus pasokan menjelang akhir tahun, menjadi faktor utama yang mempengaruhi keadaan ini.
Mengacu pada data terkini, harga minyak Brent mengalami peningkatan kecil, mencapai level US$68,76 per barel. Sementara itu, harga minyak WTI juga menunjukkan pergerakan positif dengan angka US$65,43 per barel, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan akhir pekan lalu.
Kenaikan harga tersebut terjadi setelah harga Brent sempat mengalami penurunan pada sesi sebelumnya. Meskipun stabilitas harga mencerminkan evaluasi hati-hati dari para pelaku pasar, fokus saat ini terletak pada kepastian negosiasi dagang antara Washington dan Brussel yang masih berlangsung.
Pentingnya Negosiasi Perdagangan dalam Menentukan Harga Minyak
Ketegangan yang terjadi antara AS dan Uni Eropa menjadi sorotan utama yang memengaruhi pasar minyak. Presiden AS, Donald Trump, dijadwalkan untuk menerapkan tarif sebesar 15% terhadap sebagian besar ekspor dari Uni Eropa mulai 1 Agustus, yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan trader.
Namun, laporan terbaru menunjukkan bahwa sepertinya ada kesepakatan awal antara kedua pihak dalam negosiasi tersebut. Keberhasilan dalam mencapai kesepakatan dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan mempengaruhi arah harga minyak ke depan.
Di lain pihak, faktor lain yang harus diperhatikan adalah dampak dari ketegangan dagang yang berkelanjutan terhadap pertumbuhan global. Perlambatan pertumbuhan dapat berdampak pada permintaan minyak, yang menjadi salah satu perhatian utama para analis.
Prospek Surplus Pasokan di Tengah Permintaan yang Belum Pulih
Sejumlah analis memperingatkan bahwa prospek surplus pasokan pada kuartal IV tahun 2025 bisa memberi tekanan pada harga minyak. Rencana OPEC+ untuk meningkatkan kuota produksi dapat menjadi faktor yang memperburuk keadaan permintaan yang belum sepenuhnya pulih.
Dengan adanya tanda-tanda kelebihan pasokan, pelaku pasar perlu tetap waspada terhadap fluktuasi harga. Ketidakpastian dalam permintaan global menjadikan trader lebih berhati-hati dan cenderung lebih memilih untuk menunggu hingga kejelasan lebih lanjut muncul.
Seiring dengan itu, pertemuan antara delegasi dagang AS dan China yang dijadwalkan berlangsung segera memberikan semacam harapan bagi pasar. Diketahui bahwa kedua negara mungkin akan memperpanjang gencatan senjata tarif mereka selama tiga bulan ke depan, yang bisa memberi dampak positif bagi stabilitas pasar minyak.
Reaksi Pasar dan Tindakan Trader Terhadap Harga Minyak
Para trader menunjukkan respons yang bervariasi terhadap fluktuasi harga yang sedang terjadi. Kenaikan harga di atas US$70 per barel dianggap berisiko, dan banyak pelaku pasar yang mengambil sikap menunggu dan melihat. Pengamat pasar saat ini lebih mencari kepastian dari kebijakan perdagangan global dan strategi OPEC+ mengikuti perubahan dalam permintaan dan pasokan.
Banyak pelaku pasar yang berusaha untuk memprediksi langkah apa yang akan diambil selanjutnya dalam negosiasi internasional. Selain itu, adanya laporan terbaru dan peristiwa yang terjadi dalam politik global dapat memengaruhi keputusan investasi selanjutnya, menjadikan pasar minyak semakin dinamis.
Sementara itu, ketidakpastian dalam ekonomi global tidak hanya berdampak pada harga minyak, tetapi juga pada pasar keuangan secara keseluruhan. Arahan dari pengumuman kebijakan dan pertemuan internasional dapat banyak mempengaruhi langkah trader dalam menyesuaikan portofolio mereka.