www.lensautama.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan prestasi yang mengesankan pada hari Senin, 21 Juli 2025, dengan menutup perdagangan di zona hijau. Kenaikan ini mencerminkan tren positif yang telah berlangsung selama 11 hari berturut-turut, menunjukkan minat investor yang terlihat semakin kuat di pasar saham.
Sebanyak 339 saham mengalami kenaikan, sementara 298 saham mengalami penurunan, dan 319 saham lainnya tidak bergerak. Nilai transaksi harian mencapai Rp 15,12 triliun dalam 1,89 juta transaksi, yang menunjukkan tingginya aktivitas perdagangan di bursa saham. Ini berkontribusi pada peningkatan kapitalisasi pasar yang kini mencapai Rp 13.270 triliun.
Sektor teknologi dan properti menjadi pendorong utama penguatan IHSG, dimana masing-masing mengalami kenaikan signifikan. Saham-saham besar dari sektor teknologi seperti DCII dan WIRG mencatat kenaikan hingga 17,94% dan 20,83%, sementara sektor properti didorong oleh saham MINA yang melejit 23,53%.
Pendorong Utama Kenaikan IHSG dan Kontribusi Saham
Kenaikan IHSG yang luar biasa ini didorong oleh kontribusi besar dari saham-saham konglomerat. Emiten DCII memberikan sumbangan paling signifikan terhadap penguatan IHSG, dengan kontribusi sekitar 47,35 indeks poin, yang menunjukkan dominasi saham-saham besar dalam indeks.
Ini juga mencatatkan penguatan terpanjang sejak era Reformasi. Walaupun ada penguatan yang terjadi selama 12 hari sebelumnya, periode tersebut sempat terhenti oleh penyusutan tipis sebesar 0,1%, menunjukkan bahwa pasar saham Indonesia saat ini berada dalam momentum positif.
Pertumbuhan IHSG di bulan Juli 2025 tidak terlepas dari kehadiran saham-saham baru yang melakukan IPO yang menarik perhatian pasar. Dua dari IPO ini merupakan emisi besar yang berhasil mengumpulkan sebagian besar kapitalisasi di bursa, memberikan dorongan kuat bagi penguatan indeks secara keseluruhan.
Performa Saham yang Menurun di Tengah Kenaikan IHSG
Di balik kemeriahan kenaikan IHSG, terdapat beberapa saham yang justru mengalami penurunan signifikan. Mandala Multifinance (MFIN) menjadi salah satu saham yang paling merugi, dengan penurunan mencapai 71,1% dalam periode 7 hingga 21 Juli 2025, disebabkan oleh rencana merger yang akan datang.
Selain MFIN, saham Cipta Selera Murni (CSMI) juga mengalami nasib serupa, dengan penurunan 61,5%. Situasi ini menunjukkan bahwa tidak semua saham dapat mempertahankan performa yang baik meskipun ada tren penguatan di pasar secara keseluruhan.
Ada juga beberapa saham lain seperti CLAY, FITT, dan FILM yang tercatat sebagai top losers dengan penurunan masing-masing sebesar 36%, 33,7%, dan 22,5%. Kondisi ini tentunya menjadi perhatian bagi para investor yang perlu melakukan pemilihan saham dengan lebih teliti.
Analisis Saham LQ45 dan Sektor yang Terdampak
Dari sisi indeks LQ45, beberapa saham juga mencatatkan penurunan yang cukup dalam. Saham MAPA dan MAPI masing-masing mengalami penurunan 10,3% dan 8,1%, menunjukkan bahwa tidak semua saham blue-chip mengalami peningkatan. Ini menjadi indikasi bahwa meskipun pasar sedang bullish, ada sektor-sektor tertentu yang merasakan dampak berbeda.
Tak hanya itu, saham lain seperti SMGR, AMMN, dan CTRA juga mengalami penurunan, berturut-turut sebesar 6,4%, 5,3%, dan 4,6%. Kondisi ini menunjukkan bahwa tantangan dalam pasar saham bisa datang dari berbagai arah, meskipun indeks secara keseluruhan menunjukkan trend yang positif.
Ke depan, investor perlu menyimak perkembangan pasar dengan lebih cermat, termasuk saham-saham yang mengalami penurunan untuk menangkap peluang investasi. Pemilihan saham yang tepat serta memahami latar belakang pergerakan harga menjadi kunci untuk sukses dalam berinvestasi di pasar saham.