Jakarta – Mobil tanpa sopir atau kendaraan otonom kini menjadi sorotan di Amerika Serikat, terutama setelah serangkaian insiden yang mengungkapkan kerentanan dalam teknologi tersebut.
Salah satu perusahaan yang banyak dibicarakan adalah Waymo, yang merupakan anak usaha dari raksasa teknologi. Baru-baru ini, mereka mengumumkan penarikan lebih dari 1.200 unit kendaraan otonom setelah terungkapnya beberapa kecelakaan yang melibatkan armada mereka. Penarikan ini dilakukan sebagai langkah mitigasi setelah investigasi oleh Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional mengidentifikasi adanya 16 insiden yang mencolok sejak tahun lalu.
Meskipun tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, penemuan ini telah memicu penyelidikan lebih lanjut mulai Mei 2024, disebabkan oleh perilaku kendaraan yang terindikasi melanggar hukum lalu lintas. Beberapa kasus melibatkan tabrakan dengan objek yang seharusnya dapat dihindari oleh pengemudi manusia yang kompeten.
Waymo mengklaim telah mengatasi masalah ini melalui pembaruan perangkat lunak yang dirilis pada Desember 2024. Namun, peristiwa ini menyoroti tantangan yang dihadapi kendaraan tanpa pengemudi dan dapat memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap teknologi otonom di masa depan.
Kasus Waymo bukanlah kejadian yang terisolasi. Pada tahun lalu, General Motors terpaksa mengurangi dana untuk unit Cruise mereka menyusul insiden serius yang melibatkan pejalan kaki. Dengan demikian, kejadian serupa juga terjadi pada Zoox, unit mobil otonom milik Amazon, yang terpaksa menarik kendaraannya dari jalanan setelah terlibat dalam kecelakaan di Las Vegas.
Tepatnya, sebanyak 270 unit robotaxi ditarik dari pasar setelah satu dari kendaraan tersebut terlibat dalam tabrakan dengan mobil penumpang di Las Vegas, Nevada. Insiden-insiden ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi kendaraan otonom terus berkembang, ada banyak tantangan dan risiko yang harus dihadapi.
Melihat apa yang terjadi, penting bagi industri otomotif dan teknologi untuk berkolaborasi dalam meningkatkan sistem kendaraan otonom. Pembaruan perangkat lunak hanyalah satu langkah, tetapi dibutuhkan upaya yang lebih besar untuk memastikan keselamatan dan keandalan kendaraan tanpa sopir. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang batasan teknologi saat ini, diharapkan masa depan transportasi otonom bisa lebih aman dan lebih dipercaya.
Masalah ini juga menyoroti pentingnya regulasi yang ketat dalam pengembangan dan pengoperasian kendaraan otonom. Masyarakat perlu merasa aman ketika menggunakan teknologi baru ini, dan untuk itu, transparansi serta akuntabilitas dari perusahaan-perusahaan ini sangat penting. Teknologi dapat membantu mengurangi kemacetan dan meningkatkan efisiensi transportasi, tetapi jangan sampai mengorbankan keselamatan.