www.lensautama.id – Indonesia menghadapi situasi yang mengkhawatirkan terkait dengan kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal diabetes. Menurut International Diabetes Federation (IDF), negara ini menempati peringkat kelima di dunia dengan jumlah penderita diabetes yang sangat tinggi, mencapai sekitar 19,5 juta orang dewasa.
Data terbaru menunjukkan bahwa dalam dekade mendatang, jumlah orang yang hidup dengan diabetes diperkirakan akan terus meningkat secara signifikan. Hal ini menyoroti pentingnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup sehat sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit ini.
Penyakit diabetes, yang mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan, tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga menjadi tantangan bersama bagi pemerintah dan institusi kesehatan. Memperhatikan pola konsumsi masyarakat yang semakin berkurang kesadarannya terhadap kesehatan sangat mendesak untuk dilakukan.
Tren Meningkatnya Kasus Diabetes dan Dampaknya
Studi terbaru menemukan bahwa seorang dari sembilan orang dewasa di dunia hidup dengan diabetes, dengan jumlah yang terus meningkat. Diperkirakan, pada tahun 2050, populasi penderita diabetes global akan mencapai 853 juta orang, dan banyak di antaranya tidak menyadari kondisinya.
Angka ini menunjukkan peningkatan telas mentalitas yang signifikan di kalangan masyarakat, yang diakibatkan oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Penyakit tidak menular seperti diabetes dan obesitas semakin sering terjadi, dan diperlukan perubahan perilaku untuk mengatasinya.
Di Indonesia sendiri, prevalensi obesitas juga menunjukkan tren peningkatan yang mencolok, mencapai dua kali lipat dalam 15 tahun terakhir. Konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak menjadi penyumbang utama yang perlu dicermati lebih lanjut.
Pola Konsumsi dan Penyebab Kenaikan Kasus Diabetes
Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa tingkat obesitas di Indonesia meningkat dari 10,5% pada tahun 2007 menjadi 23,4% pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin tidak sadar akan dampak jangka panjang dari pola makan mereka.
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap masalah ini adalah minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Dalam survei terbaru, dua dari tiga orang Indonesia mengaku mengonsumsi setidaknya satu MBDK setiap hari, yang jelas berisiko untuk kesehatan.
Konsumsi MBDK berlebihan dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, obesitas, penyakit jantung, dan kematian dini. Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi 250 ml MBDK per hari dapat berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit yang serius ini.
Upaya Pencegahan dan Kebijakan Pemerintah
Dalam rangka mengatasi masalah ini, penting bagi pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan yang efektif. Salah satu langkah yang diusulkan adalah pelabelan gizi yang jelas di bagian depan kemasan produk makanan.
Pengenaan cukai khusus pada MBDK juga bisa menjadi langkah strategis untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat. Kebijakan ini diharapkan dapat mengubah perilaku konsumsi masyarakat ke arah yang lebih positif.
Pemerintah sebaiknya berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam menyusun strategi yang terintegrasi untuk menurunkan angka diabetes dan obesitas. Tanpa langkah-langkah tegas, tren kenaikan angka diabetes di Indonesia hanya akan terus berlanjut.