Jakarta – Meskipun sering dianggap sebagai hama, serangga memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan membantu manusia. Seorang pakar entomologi menyebutkan bahwa persepsi negatif yang umum terhadap serangga perlu diubah untuk lebih mengenali kontribusi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Sering kali, ketika orang mendengar istilah “serangga”, yang terpikirkan adalah semut, kecoa, atau nyamuk. Namun, perlu dicatat bahwa serangga memiliki fungsi vital dalam hampir semua proses ekologi. Keberadaan mereka sangat berperan dalam rantai makanan, di mana mereka berperan sebagai herbivora, karnivora, dan dekomposer. Tanpa keberadaan serangga, proses daur ulang nutrisi dalam ekosistem akan berjalan sangat lambat.
Salah satu peran paling krusial dari serangga adalah dalam proses penyerbukan. Data menunjukkan bahwa sekitar 75-80% tanaman berbunga bergantung pada serangga untuk penyerbukan. Tanpa peran penting dari lebah dan kupu-kupu, ketergantungan kita pada produk-produk seperti kopi, teh, cokelat, buah-buahan, dan sayur-sayuran akan sangat terancam.
Lebih dari itu, serangga juga berfungsi sebagai musuh alami bagi hama-hama pertanian. Predator alami seperti tomcat berperan penting dalam mengendalikan populasi hama, seperti wereng batang cokelat, sehingga mengurangi kebutuhan akan pestisida yang berbahaya bagi lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pengendalian hama yang berkelanjutan dapat dicapai dengan lebih mengandalkan ekosistem alami.
Selanjutnya, serangga seperti kumbang kotoran, lalat bangkai, dan rayap berperan penting dalam proses penguraian material organik. Mereka membantu menguraikan feses, bangkai, dan kayu yang sudah lapuk. Proses ini tidak hanya penting untuk kesehatan ekosistem, tetapi juga membantu mengembalikan unsur hara ke dalam tanah, sehingga tanah tetap subur dan siap untuk ditanami.
Menariknya, dalam bidang forensik, keberadaan serangga juga digunakan untuk menentukan waktu kematian melalui urutan munculnya lalat dan kumbang pada bangkai manusia. Ini menunjukkan bahwa serangga tidak hanya berfungsi dalam ekosistem alami, tetapi juga memberikan kontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan yang penting.
Hubungan unik antara pohon Ficus (beringin) dan serangga penyerbuk dari famili Agaonidae menunjukkan betapa eratnya kaitan antara spesies dalam ekosistem. Jika serangga penyerbuk ini punah, maka spesies Ficus yang bergantung padanya juga akan menghadapi kepunahan. Proses koevolusi antara kedua spesies ini telah berlangsung selama ribuan tahun, yang mencerminkan betapa saling tergantungnya kehidupan di planet ini.
Menghargai keberadaan serangga dalam ekosistem berarti memperkuat kesadaran kita akan pentingnya melestarikan mereka. Sikap negatif terhadap serangga yang kerap muncul perlu ditinjau kembali, dan kita perlu memahami bahwa mereka adalah bagian integral dari lingkungan kita yang mendukung kehidupan sehari-hari.