www.lensautama.id – CEO OpenAI, Sam Altman, mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) akan memberikan dampak signifikan terhadap dunia kerja. Dalam pandangannya, beberapa pekerjaan akan sepenuhnya tergantikan oleh mesin dan teknologi baru ini, yang mengubah cara manusia berinteraksi dengan pekerjaan mereka.
Meski begitu, fokus Altman tidak hanya pada isu dampak AI bagi generasi muda, melainkan lebih kepada orang-orang berusia lanjut yang mendekati masa pensiun. Ia berpendapat bahwa mereka yang berusia 62 tahun ke atas, terutama yang enggan beradaptasi, mungkin akan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam era digital ini.
Dalam sebuah podcast berjudul ‘Huge Conversations’, Altman menyatakan kekhawatiran terhadap kelompok usia lanjut yang mungkin tidak siap untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dalam hal ini, menurutnya, generasi muda lebih unggul karena mereka memiliki kemampuan untuk dengan cepat menyesuaikan diri dengan pergeseran teknologi yang cepat.
Altman berargumen, jika ia berusia 22 tahun saat ini dan baru saja lulus kuliah, ia akan merasa sangat beruntung. Banyaknya peluang yang ditawarkan oleh AI seakan memberikan akses yang lebih luas bagi generasi muda untuk mencapai kesuksesan dan menciptakan inovasi baru.
Dalam pandangannya, generasi muda kini memiliki berbagai alat canggih yang mampu membantu mereka menyelesaikan tugas-tugas rumit yang sebelumnya memerlukan banyak tenaga kerja. Hal ini menciptakan peluang yang signifikan bagi mereka untuk berinovasi dan berkarier di bidang yang lebih beragam.
Namun, bagi generasi yang lebih tua, tantangan dalam belajar dan meningkatkan keterampilan tampaknya tidak sebanding dengan yang dihadapi oleh anak muda. Survei yang dilakukan oleh AARP menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 50 tahun ke atas mengenali istilah AI, namun hanya sepertiga dari mereka yang menunjukkan antusiasme untuk mengadopsinya.
Potensi Bahaya bagi Generasi Tua dalam Adaptasi Teknologi AI
Hanya 40% pekerja generasi tua yang merasa memiliki pengetahuan memadai tentang teknologi AI. Ini menunjukkan adanya kesenjangan pengetahuan dan ketidakpahaman yang signifikan di antara kelompok tersebut, yang dapat memperburuk keadaan mereka di dunia kerja yang semakin terotomatisasi.
Sebuah survei terbaru mengungkapkan bahwa banyak pekerja di kalangan generasi tua melihat AI sebagai ancaman. Sekitar 61% dari mereka mengkhawatirkan kemungkinan pekerjaan mereka tergantikan oleh teknologi yang semakin maju.
Altman menambahkan, jika seseorang memanfaatkan AI dengan baik, mereka dapat menciptakan perusahaan yang sukses dan bahkan mencapai status unicorn, yaitu valuasi perusahaan yang mencapai miliaran dolar. Kuncinya adalah mempelajari alat-alat AI dan merumuskan solusi yang inovatif untuk menjawab berbagai tantangan di dunia bisnis.
Lebih jauh, CEO Nvidia, Jensen Huang, menegaskan bahwa teknologi AI dapat membuka akses bagi siapa saja, tanpa memandang usia. Ini menciptakan kesetaraan yang memungkinkan pengguna untuk menciptakan kode melalui perintah bahasa alami, sehingga menyederhanakan proses pengembangan produk dan layanan baru.
Meskipun demikian, Huang juga memberi peringatan bahwa karyawan yang tidak memanfaatkan AI akan berisiko digantikan oleh mereka yang mampu menggunakan teknologi tersebut secara efektif dan efisien. Ini menunjukkan realitas kompetitif yang semakin meningkat di dunia kerja.
Pergeseran Paradigma dalam Dunia Kerja Akibat Kecerdasan Buatan
Sementara itu, CEO Anthropic, Dario Amodeo, memperkirakan bahwa AI dapat menghapus berbagai jenis pekerjaan dalam waktu lima tahun ke depan. Pekerjaan entry-level dan sektor kerja kerah putih sangat mungkin akan terkena dampak signifikan dari penerapan teknologi ini.
Prediksi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan para pekerja tentang masa depan karier mereka. Kesiapan untuk beradaptasi dengan perubahan menjadi kunci untuk bertahan di pasar kerja yang saling bersaing.
Lalu, bagaimana individu dapat mempersiapkan diri menghadapi perubahan ini? Pengembangan keterampilan baru dan pembelajaran berkelanjutan menjadi sangat penting bagi semua generasi, terutama mereka yang berada di fase akhir karier.
Menumbuhkan sikap positif terhadap teknologi baru bisa menjadi langkah awal untuk mengurangi ketakutan dan kekhawatiran yang ada. Para pemimpin juga perlu memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan dan sumber daya untuk membantu pekerja meningkatkan kemampuan mereka.
Dengan demikian, tidak menjadi soal generasi mana yang diuntungkan, tetapi juga bagaimana semua lapisan masyarakat bisa berkolaborasi dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Keterbukaan terhadap pembelajaran dan inovasi akan menjadi aset paling berharga dalam merespons dunia kerja yang terus berubah.
Persiapan untuk Masa Depan yang Didominasi Teknologi
Melihat ke depan, penting bagi individu untuk merangkul teknologi dan beradaptasi dengan cara kerja yang baru. Dengan perkembangan AI, terdapat beragam sumber daya pelatihan yang dapat diakses untuk membantu orang-orang dari semua usia dalam memperbarui keterampilan mereka.
Selain itu, institusi pendidikan dan pelatihan juga harus mencari cara untuk mengintegrasikan elemen teknologi dalam kurikulum mereka. Hal ini diyakini dapat mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi dunia kerja yang berbeda.
Industri dan tenaga kerja perlu lebih banyak berdialog untuk memahami bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan tanpa mengorbankan lapangan pekerjaan. Peluang untuk menciptakan nilai baru akan muncul, dan melihat AI sebagai alat bukan ancaman, menjadi langkah pemikiran yang perlu diadopsi.
Pada akhirnya, harapan untuk mencapai keseimbangan antara manusia dan teknologi bergantung pada kesiapan masing-masing individu. Adaptasi dan pembelajaran adalah kunci untuk bertahan dan berhasil di tengah gelombang perubahan yang tak terelakkan ini.
Seiring dengan kemajuan teknologi, tantangan yang dihadapi generasi tua dan muda akan menentukan bagaimana masyarakat akan berinteraksi dan berkontribusi dalam dunia yang terus berinovasi. Dalam menghadapi revolusi ini, sinergi dan kolaborasi antar generasi menjadi lebih penting daripada sebelumnya.