www.lensautama.id – Diabetes menjadi salah satu masalah kesehatan yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia. Pada tahun 2021, negara ini menempati peringkat kelima di dunia terkait jumlah penderita diabetes, dengan lebih dari 19,5 juta orang dewasa terdiagnosis. Kondisi ini menuntut perhatian serius, bukan hanya dari pemerintah tetapi juga masyarakat luas, untuk memahami dan mengatasi faktor-faktor penyebabnya.
Penyakit diabetes, terutama diabetes tipe 2, sering kali tidak disadari oleh banyak orang. Sekitar 40% dari total penderita, atau sekitar 252 juta orang, bahkan tidak menyadari bahwa mereka mengidap diabetes. Studi terbaru menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penderita diabetes berkorelasi langsung dengan pola konsumsi makanan yang tidak sehat.
Faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya kasus diabetes mencakup pola makan tinggi gula, garam, dan lemak. Pengeluaran global yang terkait dengan diabetes diperkirakan akan mencapai lebih dari 1 triliun USD pada tahun 2024, meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk melakukan perubahan menjadi sangat mendesak.
Data Terkini tentang Diabetes di Indonesia dan Global
Menurut International Diabetes Federation, diperkirakan pada tahun 2024, akan ada sekitar 589 juta orang di dunia yang hidup dengan diabetes, dan angka ini diprediksi akan melonjak menjadi 853 juta pada tahun 2050. Ini adalah tren yang sangat mengkhawatirkan dan perlu untuk dievaluasi.
Salah satu masalah utama yang diperhatikan adalah konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Dalam sebuah survei, dua dari tiga orang Indonesia tercatat mengonsumsi setidaknya satu MBDK setiap harinya. Konsumsi rutin ini berpotensi meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronis seperti diabetes dan obesitas.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa angka obesitas di Indonesia meningkat dua kali lipat dalam 15 tahun terakhir, dari 10,5% pada tahun 2007 menjadi 23,4% pada tahun 2023. Ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam pola makan masyarakat Indonesia yang perlu diatasi segera.
Hubungan Antara Gaya Hidup dan Kesehatan
LSelain faktor-faktor makanan, gaya hidup juga berpengaruh terhadap kesehatan. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa sedentari, atau kurangnya aktivitas fisik, turut menjadi penyebab utama meningkatnya jumlah penderita diabetes. Ketidakaktifan fisik meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit, termasuk diabetes.
Studi menunjukkan bahwa konsumsi 250 ml MBDK per hari dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 27% dan obesitas sebesar 12%. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan asupan makanan dan minuman mereka sehari-hari.
Pemerintah dan lembaga kesehatan perlu meningkatkan kesadaran tentang risiko yang ditimbulkan oleh konsumsi makanan yang tidak sehat dan pentingnya aktivitas fisik. Edukasi kesehatan perlu ditingkatkan di semua kalangan masyarakat untuk menciptakan pola hidup sehat.
Kebijakan Kebijakan untuk Mengatasi Diabetes dan Obesitas
Melihat tren yang terus meningkat, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) mendorong pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan pelabelan gizi di bagian depan kemasan. Kebijakan ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam memahami kandungan gizi setiap produk makanan dan minuman yang mereka konsumsi.
Selain itu, pemberlakuan cukai untuk MBDK juga diusulkan sebagai langkah strategis untuk mengendalikan konsumsi minuman manis. Cukai yang diberlakukan diharapkan dapat mengurangi angka konsumsi MBDK dan berkontribusi pada penurunan risiko penyakit tidak menular.
Tanpa adanya intervensi yang tegas, jumlah penderita diabetes di Indonesia dikhawatirkan akan terus meningkat. Akses yang mudah terhadap pangan tidak sehat adalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan lebih lanjut untuk mencegah situasi ini menjadi lebih buruk.
Menjaga Kesehatan Masyarakat melalui Edukasi dan Kesadaran
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat harus ditingkatkan, terutama di kalangan generasi muda. Edukasi mengenai kesehatan yang efektif dapat membantu menciptakan perubahan perilaku yang positif. Hal ini adalah langkah krusial dalam menurunkan angka diabetes dan penyakit tidak menular lainnya.
Pemerintah, bersama dengan lembaga non-pemerintah, dapat berperan aktif dalam menyediakan informasi yang jelas dan akurat mengenai risiko penyakit diabetes. Kampanye kesehatan yang terintegrasi dapat membantu mendorong masyarakat untuk lebih memilih pola makan yang sehat dan meningkatkan aktivitas fisik.
Dengan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak terkait, diharapkan jumlah penderita diabetes dapat dikurangi secara signifikan. Penanganan dini dan pencegahan adalah kunci untuk menjaga kesehatan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup.