www.lensautama.id – Di tengah intensifikasi dugaan bencana, prediksi dari buku komik Jepang berjudul ‘The Future I Saw’ telah memicu dampak besar pada sektor pariwisata di Jepang. Beberapa maskapai penerbangan bahkan telah melakukan pembatalan penerbangan dari berbagai negara, terutama Hong Kong, akibat tergerusnya minat wisatawan untuk berkunjung.
Jepang sebelumnya mencatat lonjakan pengunjung yang signifikan, dengan April 2025 menjadi bulan tersibuk dengan kedatangan sekitar 3,9 juta wisatawan. Namun, situasi berubah drastis pada bulan Mei ketika angka kedatangan, khususnya dari Hong Kong, mengalami penurunan sebesar 11% jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Penurunan jumlah pengunjung ini otomatis berdampak negatif pada industri perjalanan. Banyak agen perjalanan melaporkan bahwa permintaan untuk paket liburan ke Jepang menurun tajam, sebuah situasi yang tidak pernah mereka alami sebelumnya.
Efek Media Sosial dan Prediksi Bencana Terhadap Pariwisata
Seorang agen perjalanan di Hong Kong, Steve Huen, mengungkapkan bahwa sejumlah besar informasi di media sosial terkait prediksi bencana telah memengaruhi keputusan wisatawan. Diskusi mengenai manga yang memprediksi gempa bumi dan tsunami besar telah menciptakan ketakutan di kalangan calon wisatawan, mendorong mereka untuk menunda perjalanan.
Huen menjelaskan bahwa bisnis yang berhubungan dengan Jepang di perusahaannya terjun bebas, bahkan hingga separuh dibandingkan tahun sebelumnya. Diskon dan tawaran asuransi gempa bumi pun tidak mampu menarik kembali minat wisatawan untuk berkunjung ke Jepang, sehingga beberapa rute penerbangan mengalami penurunan drastis.
“Rumor seperti ini bisa memiliki konsekuensi yang cukup signifikan,” kata Huen, memperjelas betapa pentingnya informasi yang valid dalam menarik minat wisatawan.
Persepsi Masyarakat Terhadap Prediksi Gempa Bumi
Penduduk setempat di Hong Kong, Branden Choi, menyatakan keraguannya untuk melakukan perjalanan ke Jepang pada bulan Juli dan Agustus mendatang. Ia mengaku sering mengunjungi Jepang, namun kali ini merencanakan untuk menunda perjalanannya hingga setelah September.
Ryo Tatsuki, artis di balik manga yang menjadi sorotan, menegaskan bahwa ia tidak pernah bermaksud menyampaikan ramalan bencana. Setiap edisi dari karyanya diinterpretasikan oleh beberapa pihak sebagai prediksi nyata, bahkan setelah sekian lama ia berupaya meluruskan mispersepsi tersebut.
Tatsuki menjelaskan bahwa edisi pertama dari manga ini sudah meramalkan bencana yang terjadi pada Maret 2011, yakni gempa bumi dan tsunami yang mengakibatkan kerugian besar di Jepang. Meskipun prediksi ini terbukti akurat, ia menegaskan bahwa tidak ada tujuan untuk menakut-nakuti masyarakat dalam edisi terbarunya.
Pakar Sebut Prediksi Gempa Bumi Sebagai Mitos
Jepang terletak di Cincin Api Samudra Pasifik, zona yang terkenal dengan aktivitas seismik yang tinggi. Meskipun belakangan terjadi lebih dari 900 kejadian gempa kecil di Kyushu, pakar seismologi dari Universitas Tokyo, Robert Geller, berupaya meredakan kepanikan generalisasi informasi tersebut.
Geller, yang telah mempelajari seismologi lebih dari lima dekade, menegaskan bahwa meskipun prediksi berbasis ilmiah dari fenomena alam dapat dianalisis, tidak ada metode untuk memprediksi kejadian spesifik semacam itu. “Dalam seluruh karir ilmiah saya, tidak satupun dari prediksi tersebut yang benar-benar akurat,” ungkapnya.
Seiring dengan rumor yang menyebar, maskapai-maskapai penerbangan mulai mengambil langkah preventif. Greater Bay Airlines mengumumkan pembatalan penerbangan terbaru ke Jepang sebagai respons terhadap penurunan permintaan, sebuah keputusan yang menunjukkan dampaknya pada industri penerbangan.
Implikasi Jangka Panjang Terhadap Pariwisata Jepang
Dampak dari prediksi dan rumor ini terhadap industri pariwisata Jepang tidak dapat diabaikan. Dengan penurunan jumlah pengunjung, banyak agen perjalanan dan bisnis lokal berisiko mengalami kerugian ekonomi yang signifikan. Target pertumbuhan sektor pariwisata yang telah ditetapkan mungkin akan sulit tercapai.
Para pelaku industri pariwisata di Jepang kini menghadapi tantangan besar untuk pulih dari dampak negatif ini. Mereka perlu membangun kembali kepercayaan publik dan memastikan bahwa calon wisatawan merasa aman dan yakin untuk melakukan perjalanan ke Jepang.
Langkah-langkah komunikasi yang lebih baik dan penyampaian informasi yang lebih transparan dari pemerintah dan pakar seismologi adalah hal yang krusial ke depan. Keberanian untuk menunjukkan bahwa Jepang adalah destinasi yang aman sangat penting guna menarik kembali minat wisatawan global.