www.lensautama.id – Di tengah dinamika pergerakan pasar saham yang penuh tantangan, PT Bank Permata Tbk (BNLI) menunjukkan performa yang luar biasa. Sementara banyak saham perbankan lainnya mengalami penurunan, BNLI justru mendapat momentum yang signifikan dengan lonjakan harga saham lebih dari 200% sejak awal tahun ini.
Saham BNLI membuka tahun 2025 di harga 970, dan pada penutupan baru-baru ini, harganya melambung hingga 2.960, menciptakan kapitalisasi pasar mencapai Rp 106,1 triliun. Kenaikan yang signifikan ini menunjukkan ketahanan dan potensi pertumbuhan Perusahaan di sektor perbankan Indonesia.
Bandingkan dengan BRIS, bank keenam terbesar di Indonesia yang memiliki kapitalisasi pasar Rp 116,5 triliun; ini menunjukkan bahwa Bank Permata memiliki ruang untuk tumbuh lebih jauh. Dengan peringkat sebagai bank dengan aset terbesar ke-9 di Indonesia, posisi BNLI sangat menarik bagi para investor.
Perdagangan Saham Bank Permata dan Sentimen Pasar Terkini
Walaupun volume perdagangan BNLI relatif kecil, terdapat beberapa broker yang memberikan kontribusi besar dalam pembelian saham tersebut. Maybank Sekuritas Indonesia tercatat sebagai broker teraktif dengan pembelian 446.357 lot, bernilai Rp 80,4 miliar, dengan harga rata-rata di Rp 1.845.
BRI Danareksa juga berpartisipasi dengan pembelian sebanyak 12.418 lot senilai Rp 3,5 miliar, sementara Verdhana Sekuritas mencatat harga pembelian tertinggi rata-rata di Rp 2.499, meskipun volume transaksi mereka lebih rendah, hanya mencapai Rp 75,9 juta.
Analis Ekky Topan dari Infovesta Kapital Advisori mengindikasikan bahwa lonjakan harga saham BNLI dipicu oleh tiga faktor penting: perbaikan fundamental, narasi pertumbuhan jangka panjang, dan dorongan sentimen pasar. Spekulasi mengenai kemungkinan BNLI akan naik kelas menjadi bank KBMI IV juga menguatkan posisi mereka di pasar.
Peluang Perkembangan di Masa Depan untuk Bank Permata
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya pun sudah menyatakan harapannya agar Bank Permata mampu mengembangkan diri menjadi bank kelas atas, KBMI IV. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK menyampaikan apresiasi terhadap kontribusi Permata Bank dan mengajak mereka untuk terus berinovasi dalam memajukan sistem perbankan di Indonesia.
Saat ini, total ekuitas Permata Bank tercatat sebesar Rp 43,5 triliun. Namun, untuk naik kelas menjadi bank kasta tertinggi, mereka masih perlu menambah modal hingga Rp 26,5 triliun, menjadi tantangan yang perlu tahap pencapaian berikutnya bagi Bank Permata.
Meskipun tren positif terlihat jelas, Ekky memperingatkan bahwa investasi di saham BNLI perlu dihadapi dengan kewaspadaan. Kenaikan harga yang agresif ini membuat valuasi BNLI mulai mendekati bank-bank besar lainnya, dan investor perlu terus memantau kinerja ke depan.
Kinerja Keuangan dan Potensi Risiko untuk Investor
Di tahun sebelumnya, BNLI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,6 triliun, meningkat 38% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, dalam laporan kuartal pertama tahun ini, terdapat kontraksi laba sebesar 2,27%, menunjukkan kebutuhan untuk memantau perkembangan permanen dari kinerja perusahaan.
Situasi ini diperparah dengan informasi bahwa Bangkok Bank, pemegang saham mayoritas teleh melepaskan 3,47 miliar saham untuk memenuhi ketentuan free float lebih dari 7,5%. Tindakan ini memberikan peluang baru bagi investor, baik ritel maupun institusi, untuk berpartisipasi dalam perdagangan saham BNLI.
Perjalanan kepemilikan publik di BNLI juga menunjukkan kemajuan; dari 1,29% pada Juli 2024, kini kepemilikan publik telah meningkat menjadi 10,88% pada Mei 2025. Ini merupakan perkembangan positif yang mengikuti tren permintaan dan likuiditas di pasar.