www.lensautama.id –
Ketika kesehatan anak menjadi isu utama, kisah Fatimah Manopo (48) dan putrinya Putri Marwa Azzahra (8) menggambarkan perjuangan penuh harapan. Dengan diagnosis serius berupa penyempitan dan pelengketan usus yang dijalani Putri, kehidupan Fatimah berubah drastis menjadi penuh tantangan.
Fakta bahwa Putri hanya mulai mengeluh demam dan sakit perut sebelum mengalami diagnosis yang mencengangkan menyoroti bagaimana kesehatan anak bisa terancam mendadak. Bagaimana ini dapat terjadi pada keluarga yang semula tampak baik-baik saja?
Menghadapi Tantangan Kesehatan Anak
Ferita harus berjuang untuk biaya pengobatan dan perawatan yang terus menguras. Hanya dalam satu tahun, Fatimah telah menyaksikan putrinya menjalani sembilan operasi yang melelahkan secara finansial dan emosional. Ia menjelaskan, “Ada 200 juta habis-habisan jual kebun. Posisi yang bisa saya jual tidak ada lagi, sudah tidak ada harapan.” Angka tersebut menunjukkan betapa banyak keluarga yang terpaksa merugikan diri sendiri untuk mengobati anak mereka.
Walaupun biaya operasi ditanggung oleh program pemerintah, beban tambahan seperti susu, popok sekali pakai, dan obat-obatan menambah berat penderitaan mereka. Apalagi Fatimah dan keluarga yang tinggal di Gorontalo ini harus mengeluarkan biaya operasional tinggi selama di Makassar. Di tengah kesulitan ini, tidak jarang masalah keuangan juga membuat dampak di bidang pendidikan, di mana kakak Putri terpaksa merelakan kuliahnya karena keterbatasan dana.
Solusi dan Harapan di Tengah Kesulitan
Harapan sering kali tertegun di tengah kesulitan. Fatimah berharap untuk membawa Putri kembali ke Makassar untuk operasi terakhir, namun biaya menjadi kendala utama. “Suka kumat sakit, belum sembuh dan sering keluar darah.” Perkataan ini mencerminkan betapa besar beban yang harus ditanggung oleh keluarga dalam melawan penyakit yang berkepanjangan.
Menyikapi ketidakmampuan untuk menutup usus dengan kantong kolostomi karena harganya yang selangit, Fatimah hanya bisa membungkusnya dengan tisu basah. Kesedihan yang mendalam ia rasakan melihat keadaan putrinya. Ia ingin agar setiap orang yang mendengar kisahnya dapat merasakannya juga, bagaimana kehilangan harapan bisa menghimpit hidup seorang ibu.
Namun, di tengah semua kesedihan dan kesulitan ini, Fatimah tetap berdoa. Dia percaya bahwa setiap doa dan harapan dapat membuka jalan rezeki. “Sekarang berdoa saja cuma itu aja. Saya sudah sering menangis karena Putri suka sakit dan berdarah.” Ungkapan ini menunjukkan bagaimana ketulusan dan keikhlasan dapat menjadi pendorong harapan baru bagi mereka.
#Sahabat baik, mari bersama membantu Putri menjemput kesembuhannya setelah berjuang sedemikian keras. Kamu bisa memulai kebaikan dengan Donasi di berbuatbaik.id sekarang juga. Donasi di berbuatbaik, 100% tersalurkan.
Artikel selengkapnya >>> Klik di sini