www.lensautama.id – Menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) semakin memperoleh popularitas di kalangan pasangan muda, terutama generasi Z dan milenial. Dalam konteks tekanan finansial dan sosial untuk menggelar acara besar, banyak yang memilih jalur lebih sederhana, yaitu menjalani akad nikah yang sah secara hukum tanpa harus menggelar pesta yang mahal.
Akhir-akhir ini, tren menikah di KUA semakin terlihat jelas dalam berbagai kisah yang beredar di media sosial. Banyak pasangan, yang terpaksa menunda rencana pernikahan mereka akibat pandemi, akhirnya menemukan solusi dengan ágama nikah yang tetap sah meskipun tanpa acara yang meriah.
Perubahan pandangan ini tidak semata-mata disebabkan oleh situasi darurat, tetapi juga karena kesadaran akan pentingnya fokus pada kehidupan setelah menikah. Terdapat pasangan-pasangan muda yang lebih memilih untuk melakukan syukuran di rumah atau bahkan tidak mengadakan pesta sama sekali demi menjaga kestabilan keuangan mereka.
Pernikahan komika Yono Bakrie dengan Vini Caroline adalah salah satu contoh yang mencuat baru-baru ini. Melalui akun Instagram-nya, Yono mengumumkan bahwa mereka melaksanakan akad nikah di KUA, mengikuti jejak pasangan lain yang memilih kesederhanaan atas kemewahan.
Yono mengungkapkan, “Kami menikah dengan konsep sederhana di KUA doang. Kami tidak membuat acara, jadi tidak mengundang teman-teman, bukan karena tidak ingin melainkan karena lebih memilih untuk tidak bikin resepsi.” Pernyataan tersebut jelas menggambarkan sikap mereka yang bijak dalam menjalani pernikahan.
Keuntungan Menikah di KUA yang Harus Diketahui
Di Indonesia, menikah di KUA memiliki keuntungan finansial yang cukup signifikan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014, menikah di KUA dalam hari dan jam kerja tidak dipungut biaya alias gratis. Sebaliknya, jika akad dilaksanakan di luar KUA atau di luar jam kerja, terdapat biaya resmi sebesar Rp 600.000.
Prosedur yang sederhana juga menjadi daya tarik tersendiri. Dengan syarat dan dokumen seperti surat pengantar nikah dari kelurahan, fotokopi KTP, dan lainnya, maka proses pernikahan bisa berjalan lancar dan tanpa biaya. Calon pengantin hanya perlu mengikuti bimbingan perkawinan (Bimwin) untuk memenuhi syarat administrasi.
Kendati menghadapi tantangan dari adat dan tradisi di berbagai daerah yang masih memandang pentingnya pernikahan sebagai momen berkumpulnya dua keluarga besar, semakin banyak pasangan memilih untuk mendahulukan stabilitas keuangan mereka. Perubahan ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang melekat pada pernikahan mulai bergeser.
Melalui langkah ini, pasangan tidak hanya menghindari utang yang disebabkan oleh pernikahan yang mahal, tetapi juga bisa lebih fokus pada kehidupan dan rencana masa depan mereka. Cita-cita dan kebahagiaan setelah menikah menjadi lebih penting daripada hanya sekadar mengikuti arus sosial.
Selain itu, pernikahan di KUA juga memberikan kepastian hukum yang kuat bagi pasangan, mengingatkan bahwa tujuan utama dari pernikahan adalah penyatuan dua hati dalam ikatan yang sah di mata hukum dan agama. Oleh sebab itu, menjadi sah secara legal di KUA pun memberikan rasa tenang bagi pasangan yang baru menikah.
Resonansi Sosial dari Tren Menikah Sederhana
Pernikahan sederhana ini telah menjadi fenomena yang menunjukkan perubahan budaya yang signifikan di masyarakat. Terutama di kalangan generasi muda yang lebih terbuka terhadap gagasan baru. Menikah tanpa acara besar menjadi simbol kebangkitan nilai-nilai yang lebih praktis dan sesuai dengan zaman.
Media sosial berperan penting dalam membawa suara-suara pasangan ini ke permukaan. Mereka berbagi pengalaman dan pandangan melalui platform tersebut, sehingga menarik perhatian lebih banyak orang tentang kebijakan ini. Dengan cara ini, mereka ikut menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menikah yang lebih sederhana.
Kegiatan berbagi di media sosial ini juga menciptakan komunitas baru. Pasangan bisa saling mendoakan dan berbagi tips, baik dalam persiapan pernikahan sampai dengan kehidupan rumah tangga. Hal ini memperkuat rasa solidaritas diantara mereka dan bahkan bisa menciptakan ikatan yang lebih kuat.
Dengan mengutamakan nilai-nilai yang lebih sederhana, pasangan muda juga dapat menyebarkan pesan penting kepada generasi selanjutnya. Mereka ingin menunjukkan bahwa bahagia tidak harus diukur dari kemewahan, tetapi dari kebersamaan dan cinta yang dipupuk seiring waktu.
Di tengah pengaruh budaya yang terus berkembang, pasangan yang memilih menikah secara sederhana lambat laun mulai mengubah pandangan masyarakat bahwa pernikahan adalah tentang lebih dari sekadar perayaan, tetapi juga tentang komitmen dan kerja sama dalam hidup berkeluarga.
Menjalani Kehidupan Setelah Menikah dengan Bijak
Setelah menikah, tentunya ada banyak hal yang perlu dipersiapkan dalam membangun rumah tangga. Salah satu yang paling penting adalah manajemen keuangan. Pasangan muda yang memutuskan untuk tidak mengeluarkan banyak uang untuk resepsi cenderung lebih fokus pada perencanaan keuangan masa depan.
Dengan tidak terjebak dalam utang akibat biaya pernikahan yang berlebihan, mereka bisa lebih leluasa dalam membangun investasi atau menabung untuk masa depan. Semua keputusan finansial bisa disusun dengan bijak, sehingga pasangan dapat menjalani kehidupan yang lebih mapan.
Kemitraan suami-istri dalam hal pengelolaan keuangan juga dapat menjadi pondasi yang kuat. Mereka harus belajar untuk saling memberi dukungan dan komunikasi yang jelas, supaya tidak ada salah paham yang bisa menciptakan ketegangan dalam rumah tangga. Setiap keputusan, mulai dari anggaran bulanan hingga investasi besar, harus dibicarakan bersama.
Dengan pola pikir sederhana yang sudah ditanamkan sejak awal, pasangan bisa lebih fokus pada hal-hak lain yang lebih penting. Membangun hubungan yang sehat dan bahagia lebih berharga dibandingkan dengan memikirkan bagaimana mengesankan orang lain dengan pernikahan mewah.
Dari semua yang telah dijelaskan, terlihat bahwa pernikahan di KUA bukan hanya fenomena yang muncul karena kebutuhan saat pandemi. Tetapi juga merupakan refleksi dari perubahan nilai dan cara pandang generasi muda tentang ikatan pernikahan yang lebih realistis dan berkemanusiaan. Ini adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih bermakna dan berkelanjutan.